ABSTRAK
Munculnya teknologi biomedis baru telah memunculkan area wacana sosiokultural yang baru. Persepsi sosiokultural terhadap teknologi ini bergantung pada sejumlah faktor, termasuk sikap yang berlaku dalam tradisi keagamaan yang dominan. Bioetika keagamaan pada dasarnya berbeda dari bioetika sekuler. Bioetika keagamaan didasarkan pada kitab suci dan tradisi yang tidak berubah, yang menginformasikan ketentuan normatifnya. Akibatnya, pergeseran persepsi teknologi harus disertai dengan pergeseran yang sesuai dalam cara lembaga keagamaan menafsirkan kitab suci dan tradisi. Artikel ini menggunakan Gereja Ortodoks Rusia (ROC) sebagai studi kasus untuk menyelidiki bagaimana lembaga keagamaan dapat beradaptasi dengan tuntutan masyarakat dan budaya yang berubah, dan apakah keputusan moral agama dapat berkembang sebagai respons terhadap perubahan wacana sosiokultural. Analisis wacana tentang interaksi ROC dengan komunitas medis dan masyarakat umum mengungkapkan hal berikut: Untuk mempertahankan pengaruh dengan para pengikutnya, lembaga keagamaan tidak boleh secara kategoris menolak kemajuan baru dalam biomedis. Sebaliknya, lembaga tersebut harus terlibat dalam analisis bioetika yang komprehensif tentang tantangan yang ditimbulkan oleh setiap teknologi yang muncul. Dalam proses ini, penting untuk menentukan batasan berdasarkan doktrin agama—batasan yang tidak boleh dilampaui oleh penganut agama untuk menjaga persekutuan dengan dewa—sambil tetap memperbolehkan penggunaan solusi biomedis baru.
Isu Bioetika sebagai Pemicu Transformasi Keagamaan dalam Kekristenan Ortodoks
